Minggu, 24 November 2013

Tim Survey Perkemahan RJ : Menuju Puncak Kawah Ratu

Waktu menunjukkan pukul 14.00, Jum'at 22 November 2013, tim survey bersiap menuju Perkemahan Gunung Halimun Puncak Kawah Ratu Gunung Bunder Bogor Jawa Barat.

Tim yang dikomandoi oleh Mas Abu, terdiri dari 6 ustad, tad Fajri, Tad Rahmat, Tad Farouq, Tad Andi dan Ustad Yahya. Dengan perbekalan yang cukup berangkat bersama-sama untuk survey agar acara perkemahan satgas berani santri Pesantren Al Qur'an Terpadu Ruhul Jadid, dapat terlaksana dengan baik.

Tepat pukul 20.15, dengan menempuh perjalanan sekitar 5 jam, Tim survey tiba dilokasi, Bumi Perkemahan Gunung Halimun. Tentu saja hal yang pertama di lakukan adalah melaksanakan sholat dan mengisi amunisi (lapar banget). Setelah makan malam tim mengadakan rapat untuk menyusun aktivitas besok yang salah satu diantaranya adalah mendaki pegunungan Bunder menuju puncak kawah ratu.

Hawa dingin pegunungan halimun memang dingin sekali. Tim survey sampai dua kali memesan kopi hangat kepada emak (panggilan tukang warung), tempat tim beristirahat. Udah begitu, ustad Abu makannya sangat lahap, sampai berkeringat kekenyangan. Tak berapa lama suasana tinggal sunyi senyap terbawa alam mimpi masing-masing. Bersama kegelapan malam.

Adzan subuh membangunkan tim untuk segera menuju mushola yang ada di dekat perkemahan. Sarapan pagi pop mie dan nasi (walaupun belum mandi) sudah siap di santap. Rencana tadi malam akan dilaksanakan yaitu mendaki puncak kawah ratu.

Setelah selesai, tim sudah bersiap berangkat menuju puncak kawah ratu. Perjalanan di pimpin oleh Mang Adeng, salah satu warga yang mengetahui jalan pintas menuju dari information center pegunungan halimun, menuju pintu utama masuk puncak kawah ratu.

Ternyata jalan pintas menuju pintu utama kawah ratu, sangat terjal dan mendaki plus di tengah perjalan ada pohon yang tumbang, dan harus di potong terlebih dahulu. ..... (bersambung)


Rabu, 20 November 2013

Hijrah : Momentum Perubahan Diri Totalitas



Umat Islam kini telah memasuki tahun baru Hijriah yang ke 1435. Berbagai penyambutan untuk menyerap spirit hijrah sudah dilakukan oleh berbagai pihak, agar momentum tahun baru terasa lebih bermakna dan penuh berkah. Kita sebagai seorang  Muslim seyogyanya memiliki kesiapan menyambut momentum berharga teersebut sebagai media perubahan, menuju arah yang lebih baik, semakin baik dan terus meningkatkan kebaikan.

Sebuah perusahaan saja setiap akhir tahun senantiasa melakukan rekapitulasi dan evaluasi, demikian pula semestinya setiap Muslim ketika pergantian tahun. Selain sebagai media evaluasi, juga sebagai sarana untuk bagaimana merancang tahun depan menjadi lebih baik, lebih sholeh dan tentunya lebih takwa.

Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap Muslim menyambut pergantian tahun Hijriah ini dengan penuh kesungguhan untuk benar-benar mengagendakan dan mewujudkan suatu perubahan. Perubahan seperti apa? Jelas perubahan menuju kebaikan, yang terkandung dari makna hijrah itu sendiri sebagaimana telah disampaikan oleh Rasulullah.

Makna Hijrah

Tahun baru Hijriyah adalah sistem penanggalan Islam yang didasarkan pada peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya. Peristiwa tersebut menjadi starting point (langkah awal) peradaban Islam menuju puncak kejayaan.

Dari peristiwa hijrah itu, spirit iman menjadi nyata dalam kata dan perbuatan, sehingga tidak heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan mengagumkan. Perubahan mindset (pola pikir) benar-benar terjadi secara totalitas pada diri seluruh umat Islam kala itu.

Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
Mereka yang berhijrah kala itu adalah Muslim yang tidak lagi memiliki tujuan apa-apa selain daripada rahmat Allah Ta’ala.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أُوْلَـئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللّهِ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).

Pada ayat yang lain Allah tegaskan bahwa orang yang berhijrah itulah orang yang terbukti benar keimanannya.

وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَالَّذِينَ آوَواْ وَّنَ صَرُواْ أُولَـئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقّاً لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal [8]: 74).

Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan besar, mendapatkan rahmat Allah SWT.

الَّذِينَ آمَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَاهَدُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ اللّهِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah [9]: 20).

Menafsirkan ayat tentang hijrah pada QS. 9: 20 Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an mengatakan bahwa, Sesungguhnya tidak ada wujud hakiki (dari keimanan seorang Muslim) hanya semata-mata memeluk akidah, dan bukan pula dengan semata-mata melaksanakan ibadah-ibadah ritual.

Agama ini adalah manhaj kehidupan yang tidak tercermin wujud nyatanya kecuali dalam akumulasi gerakan, tindakan nyata dalam bentuk masyarakat yang bekerja sama bahu-membahu. Adapun keberadannya dalam bentuk akidah adalah wujud hukmi (secara hukum), wujud riil, dan tercermin dalam bentuk gerakan nyata.

Dengan demikian makna hijrah dapat dipahami sebagai suatu gerakan perpindahan secara totalitas, mulai dari fikriyah hingga amaliyah, dari jahiliyah menuju Islamiyah dalam satu gerakan yang rapi, sistemik dan keseluruhan, baik dalam konteks pribadi maupun sosial.

Perubahan Diri ke arah yang lebih baik

Momentum hijrah tahun ini harus kita maknai sebagai media perubahan diri yang maksimal dalam penyempurnaan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala. Sebab, jika tidak, boleh jadi kita merasa biasa saja dalam hidup ini. Seolah telah menjadi baik, padahal belum. Momentum hijrah ini adalah media yang tepat untuk mendata secara mendetail siapa sebenarnya diri kita. Apakah yang paling kita cintai dalam hidup ini, apakah yang paling sering kita pikirkan dalam hidup ini, dan apa yang sebenarnya ingin kita raih dalam kehidupan dunia ini.

Menghadirkan pertanyaan semacam itu misalnya, akan sangat membantu setiap jiwa mengetahui siapa dirinya dan kemudian menetapkan tujuan dan posisi sebagai seorang Muslim secara tepat. Sebab, disadari atau tidak, kita evaluasi atau tidak diri kita, atau kita catat atau tidak amal perbuatan kita, Allah melalui malaikat-Nya tak pernah lengah mencatat amal kita sehari-hari.

بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Rad [13]: 11).

Menurut Ibn Katsir, setiap manusia dikelilingi empat malaikat, empat di siang hari dan empat di malam hari yang bertugas mengawasi setiap manusia secara bergiliran, dua sebagai penjaga dan lainnya sebagai pencatat amal perbuatannya.

Mungkin selama ini kita lupa tentang hal ini, maka di momentum hijrah ini kita harus benar-benar atur diri kita untuk sebisa mungkin melakukan amalan sholeh sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Karena sesungguhnya, akan bagaimana kita ke depan sangat ditentukan oleh bagaimana kita hari ini.

Artinya, semakin baik kita dalam keseharian, itu berarti Malaikat tidak menghadap Allah kecuali melaporkan kebaikan, insya Allah kebaikan di masa depan itu pasti menjadi kenyataan. Karena setiap kebaikan berbalas kebaikan (QS. 55: 60) dan setiap kebaikan yang kita lakukan kembali pada kita sendiri (QS. 17: 7).

Di sinilah setiap Muslim harus melakukan agenda perubahan. Dengan spirit hijrah, itu bukan suatu yang mustahil. Sebab, Allah tidak akan pernah merubah suatu kaum (termasuk pribadi kita) jika kita sendiri tidak mau merubahnya (QS. 13: 11). Ust. Fajri (disampaikan dalam acara pengajian Masjid Sulaiman al Abid, Perum Sudirman, 9 November 2013)

Selasa, 19 November 2013

Fakta dan Keserasian Penggunaan Kata dalam al-Qur’an


TIDAK ada suatu bacaan (kitab suci) yang dibaca oleh ratusan juta orang, yang faham maksudnya maupun tidak, serta bacaan yang dihafal oleh orang dewasa, remaja dan anak-anak, huruf demi huruf, dari awal sampai akhir kecuali al-Qur’an.

Tidak ada suatu bacaan yang dibahas dengan menggunakan pelbagai disiplin ilmu, serta bacaan yang terpadu dalam keindahan bahasa, ketelitian dan keseimbangannya, terpadu kedalaman makna, kekayaan dan kebenarannya, serta kemudahan dalam memahaminya serta kehebatan kesan dan pesan yang ditimbulkannya kecuali al-Qur’an.

Juga tidak ada suatu bacaan yang dihitung, bukan hanya ayat-ayatnya akan tetapi huruf-hurufnya juga. Tidak ada suatu bacaan sebanyak kosakata al-Qur’an yang berjumlah 77.439 kata, dengan jumlah huruf 323.015, huruf yang seimbang dengan kata-katanya, baik antara kata dengan padanannya, maupun kata dengan lawan kata dan dampaknya kecuali al-Qur’an. ” (M.Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 2000, 3-5)

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang terbukti tidak akan pernah lekang dimakan oleh zaman. Setelah diturunkan 1400-an tahun yang lalu, tidak satupun redaksinya berubah, semuanya sama persis seperti aslinya. Bahkan al-Qur’an yang beredar sekarang isinya pun sama seperti pembukuan al-Qur’an pada zaman khalifah Utsman bin Affan. Al-Qur’an adalah kitab yang penuh dengan keajaiban, termasuk informasi-informasi yang menakjubkan tentang ilmu pengetahuan.

Di antara banyak kemukjizatan al-Qur’an yang dapat menjadi bukti kebenarannya adalah aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya. Di samping itu juga, keserasian jumlah kata-katanya yang dapat dijadikan sebagai keotentikan al-Qur’an. Jadi, segala usaha yang dilakukan oleh siapa saja yang hendak memalsukan al-Qur’an sangat mudah diketahui, ketika kata-katanya tidak menunjukkan keserasian sama sekali. Oleh karena itu, keserasian kata yang digunakan oleh al-Qur’an, memberikan suatu pelajaran yang sangat berharga bagi manusia bahwa hidup ini memerlukan keseimbangan.

Keserasian kata al-Qur’an dapat dilihat pada keseimbangan antara jumlah bilangan kata, jumlah kata yang menunjukkan akibat, menunjukkan sinonim dan antonimnya. Masing-masing kata mempunyai pasangannya tersendiri. Penentuan dan peletakan kata ditempatkan pada tempatnya yang tepat. Tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

Fakta  Menakjubkan
Berikut ini penulis akan menjelaskan, bagaimana keserasian kata dan fakta yang menakjubkan dari al-Qur’an:
1.        Kata Malaikat terulang sama seperti kata Syaitan sebanyak 88 kali. begitu juga dengan kata yang menunjuk utusan Allah SWT, baik itu Rasul, atau Nabi, atau Basyir (pembawa berita gembira), maupun Nadzir (pemberi peringatan), keseluruhannya berjumlah 518 kali. Jumlah ini sama dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yaitu sebanyak 518 kali.

2.        Kata al-hayah (kehidupan) terulang sama seperti kata antonimnya yaitu al-mawt (kematian), sebanyak 145 kali.

3.        Kata akhirat terulang sama seperti kata dunia sebanyak 115 kali.
4.        Kekufuran terulang sama seperti keimanan, sebanyak 25 kali.
5.        Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulangi juga sebanyak tujuh kali, yaitu di dalam surat al-Baqarah: 29, al-Isra’: 44, al-Mu’minun: 86, Fushshilat: 12, al-Thalaq: 12, al-Mulk: 3, dan Nuh: 15.

6.        Kata dingin (al-bard) dan panas (al-harr) masing-masing terulang sebanyak 4 kali.
7.        Kata infaq terulang sebanyak kata yang menunjuk dampaknya yaitu ridha (kepuasan), masing-masing 73 kali. Pun sebaliknya, kata bukhl (kikir) sama dengan akibatnya yaitu hasarah (penyesalan), masing-masing 12 kali.

8.        Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun. Sementara kata hari yang berbentuk plural (ayyaam) atau dua (yaumaini), jumlah keseluruhannya hanya 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Begitu juga dengan kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun (untuk maklumat lebih detailnya, (silakan lihat Abdurrazaq Naufal, al-I‘jaz al-‘Adadi li Al-Qur’an al-Karim, 1987, ed.V).

9.        Seringkali di dalam al-Qur’an ditemukan kata syams (matahari) yang selalu digandengkan dengan kata dhiya’ (sinar atau cahaya), dan qamar (bulan) digandengkan dengan kata nur (cahaya), lihat QS Yunus [10]: 5. Arti keduanya walaupun mempunyai kesamaan, akan tetapi pada hakikatnya keduanya berbeda. Kata dhiya’ yang digandengkan dengan matahari, sebab matahari mempunyai atau cahayanya berasal dari dirinya sendiri. Sementara nur yang digandengkan dengan qamar (bulan), dikarenakan cahaya bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari, (lihat Tafsir al-Baydhawi (w.951 H), 1998, v.1, 185). Fenomena saintifik seperti ini telah dibuktikan oleh al-Qur’an selama ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum manusia mengenal teknologi yang canggih seperti sekarang sekalipun.

10.      Seringkali ditemukan di dalam al-Qur’an kata zulumat (kegelapan) menggunakan bentuk jamak (plural), sedangkan antonim dari kegelapan yaitu nur (cahaya/kebenaran) menggunakan bentuk tunggal (diantara ayat yang menyatakan demikian, lihat QS al-Ahzab: 43; al-Hadid, 9). Kata zulumat (kegelapan) digunakan dalam bentuk jamak (plural), sebab sumber kegelapan itu bermacam-macam, boleh jadi berasal dari kebodohan, kesesatan, kekufuran, kebatilan, hawa nafsu, kesalahan, dosa dan lain sebagainya. Sedangkan nur menggunakan bentuk tunggal, dikarenakan sumber cahaya/ kebenaran, hanya berasal dari sumber yang satu, yaitu Allah SWT (lihat tafsir Ibn Kathir (w.774 H), 1999, v.6, 426; v.8, 10-11)

11.      Seringkali ditemukan di dalam al-Qur’an, ketika Allah SWT menggunakan kata ja’ala (menjadikan), pasti di dalamnya terkandung banyak sekali manfaat bagi manusia dan seluruh makhluk-Nya yang ada di muka bumi ini. Seperti firman Allah SWT, ”Allah menjadikan bumi sebagai hamparan (mihada)” (QS al-Naba’ [78]: 6).
Manfaat dari bumi yang dihamparkan diantaranya adalah Allah menjadikan bumi sebagai tempat yang siap untuk dipakai, untuk dihuni, dihamparkan seluas-luasnya dan teratur. Dan pula, bumi dijadikan tempat untuk istirahat dan tempat tidur. “Gunung-gunung sebagai pasak (awtada)” (QS al-Naba’: 7). Manfaat dari gunung dijadikan sebagai pasak di antaranya adalah untuk menahan bumi supaya menjadi kokoh. Gunung juga mempunyai fungsi penting dalam menjaga kestabilan kerak bumi, dan dapat mencegah goyahnya tanah. “Allah menjadikan tidurmu untuk istirahat” (QS al-Naba’: 9). Manfaat dari tidur di antaranya adalah dapat mengembalikan kondisi fisik dan metabolisme yang terjadi selama beraktifitas.
Pada saat tidur, sel otak akan mengalami proses penguatan dan ingatannya akan menjadi bertambah kuat. Fisik akan menjadi fresh dan penat akan hilang. “Dan siang dijadikan untuk mencari penghidupan” (QS al-Naba’: 11). Maksudnya pada siang hari manusia dapat mencari rejeki atau nafkah baik berupa makanan, minuman maupun uang dll.

12.      Begitu juga di tempat yang lain dalam surat al-Rum [30]: 21, Allah SWT berfirman, “Dijadikan-Nya diantaramu (suami dan istri) rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah).” Ayat ini mengindikasikan bahwa manfaat dari sebuah pernikahan adalah dapat menumbuhkan kedekatan hati, cinta dan kasih sayang antara suami dan istri. Dapat merasakan kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman. Pernikahan juga dapat memperbanyak jumlah kaum Muslimin berupa keturunan (Imam al-Qurthubi (w.671 H), Al-Jami‘ li Ahkam al-Qur’an, 1964, v.16, 300). Di antara manfaat dari sebuah pernikahan juga adalah dapat menjaga nasab, menundukkkan pandangan keduanya, menjaga kemaluan, dan lain sebagainya.

Demikianlah segelintir contoh yang telah dinyatakan oleh Al-Qur’an. Setelah mengetahui  keserasian, keseimbangan dan penggunaan kata serta fakta-fakta yang terdapat di dalamnya, tentu semuanya bukan merupakan sesuatu yang kebetulan.
Penggunaan kata di dalam al-Qur’an mempunyai intelegensia di luar nalar dan jangkauan manusia. Mustahil bagi Nabi Muhammad SAW mengetahui informasi-informasi tersebut dengan sendirinya, tanpa ada petunjuk dari Allah SWT.

Maka tidaklah heran kalau Al-Qur’an menantang siapa saja yang meragukan kebenarannya. Apalagi hanya sekadar merespon statemen-statemen murahan yang menyatakan Al-Qur’an adalah karangan manusia, hasil dari produk budaya dan menyatakan bahwa ia sama seperti teks-teks biasa lainnya.

Melalui penjelasan di atas tadi, setidaknya al-Qur’an telah mengajarkan kita bahwa kata, konsep dan istilah harus digunakan dan ditempatkan pada tempatnya yang tepat. Jika tidak, kesalahan dalam penempatan kata, konsep maupun istilah, akan berakibat fatal. Karena, dari sanalah kerancuan dan kekeliruan akan muncul, sehingga jauh dari tujuan yang sebenar. Wallahu a’lam bish-shawab*

Oleh: Rahmat Hidayat Zakaria Penulis Mahasiswa di Centre For Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation Universiti Teknologi Malaysia (CASIS-UTM)

Senin, 18 November 2013

Persiapan Supercamp Satgas Berani Ruhul Jadid

Tanggal 23 - 25 Desember 2013, adalah hari yang sedang di tunggu-tunggu oleh seluruh santri Ruhul Jadid. Ya.. tanggal tersebut adalah pelaksanaan Supercamp Ruhul Jadid. Tepatnya di perkemahan Bukit Halimun, Gunung Bunder Cibatok Bogor Jawa Barat.

Untuk menuju hari tersebut, koordinator panitia acara, tad Fajri telah menyiapkan langkah-langkah strategis agar segala persiapan berjalan dengan baik. Persiapan tersebut meliputi persiapan pra acara (fisik dan non fisik) serta persiapan mental (psikologis) yang di terapkan mulai 2 bulan sebelum acara dilaksanakan. Dengan menggunakan konsep kepramukaan Supercamp satgas berani 2013 mengambil tema Satgas Berani (Santri Tangkas Tangguh Bertanggung Jawab dan Mandiri).

Adapun muatan - muatan Supercamp 2013 meliputi kegiatan keislaman dan kealquranan, tangguh sholeh mandiri dan amal jama'i. Harapannya dengan muatan-muatan seperti ini akan menjadikan santri-santri ruhul jadid yang siap berdakwah di tengah-tengah ummat yang mengalami dekadensi moral, seperti saat ini.

Ketua Panitia Supercamp ust. Andi menegaskan, "kegiatan supercamp akan mengadopsi sistem kepramukaan secara utuh, agar santri-santri RJ memiliki kecakapan seorang pramuka, dimana kepribadiaan pramuka tersebut sangat seusai dengan tata nilai keislaman. Seprti cermat, bertanggung jawab, teliti, bersih, disiplin, kebersamaan, kasih sayang dan menjaga kehormatan dirinya.

Minggu, 17 November 2013

Santri RJ 5 Besar di Cerdas Cermat di ANRI

Santri Ruhul Jadid, kembali menorehkan prestasi di bidang pendidikan, yaitu lomba cerdas cermat Kantor Arsip Negara Republik Indonesia (ANRI). Dari sekian banyak peserta yang mengikuti Lomba Cerdas Cermat tingkat SMP se Jabodetabek, Santri Ruhul Jadid mampu menempatkan diri di urutan 5 besar.

Demikianlah hasil secara keseluruhan lomba cerdas cermat ANRI, 15 November 2013. Dalam lomba cerdas cermat se Jabodetabek ini, santri Ruhul Jadid di wakili oleh kelas 8 akhwat yaitu Puja Alpina, Kartika Mulyawati dan Alifiya Pangestu, dengan keseluruhan nilai 1650.

Menurut Ketua Panitia Lomba Cerdas Cermat ANRI Bu Ika, "mas fajri, sebenarnya santri RJ punya peluang menang lho, namun karena mereka menjawabnya kurang cepat dan ragu-ragu akhirnya soal dilemparkan ke peserta lain". Ungkap bu Ika kepada ust. Fajri guru pembimbing peserta dari RJ.

Dalam wawancara dengan pimpinan Pesantren Ruhul Jadid, ust. Taupik Rahmat menjelaskan, bahwa keikutsertaan RJ memang yang pertama kalinya di lomba cerdas cermat di ANRI, nah insyaallah ke depannya santri RJ akan masuk 3 besar. Karena dari perolehan nilai tidak jauh tertinggal dari peserta lainnya.

"Oleh karena itu, kedepannya sebelum dilaksanakan cerdas cermat, maka peserta lomba akan di adu ketangkasannya dan kecepatannya dalam menjawab soal. Dengan demikian jika sudah sering mengikuti lomba, maka insyallah santri RJ akan mendapatkan prestasi yang lebih baik, doakan ". Ungkap ust. Taupik kepada tim Redaksi Blog Ruhul Jadid.

Rabu, 13 November 2013

Catatan Pawai 1 Muharrom 1435 H SIT Ruhul Jadid



Tahun ini 2013, ada 3  moment penting dilalui masyarakat Indonesia  pada saat yang berdekatan, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober, Tahun Baru Islam 1 Muharrom (5 November) dan hari Pahlawan 10 November. 

Bagi kita tentu moment bersejarah ini harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi perubahan diri, keluarga dan bangsa ke arah yang lebih baik. Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tahun adalah lecutan semangat bagi kita para pemuda untuk menghindarkan bangsa Indonesia ini dari jurang disintegrasi bangsa yang sedang mengancam, karena banyak oknum-oknum yang mengharapkan Indonesia ini pecah dan tercerai berai dengan sikap saling bermusuhan antara satu dengan yang lain, antara suku bangsa dengan yang lainnya.  Agar terhindar dari hal itu semua, maka kita harus saling mempererat ukhuwwah dan tidak mudah terprovokasi.

Adapun peringatan tahun baru Islam 1 Muharrom dan hari Pahlawan 10 November, adalah moment penting bagi kita untuk menghantarkan diri dan keluarga kita menuju kepada kebaikan. Ancaman budaya barat sudah menjadi penyakit layaknya gurita di tengah masyarakat kita. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus-kasus amoral yang terjadi hampir setiap hari kita saksikan di televisi atau koran. Semua itu terjadi salah satunya karena gencarnya budaya barat yang masuk ke Indonesai melalui internet.

Tentu kita tidak ingin keluarga kita, diri kita dan bangsa kita menjadi korban bobroknya budaya barat. Karenanya dengan semangat Sumpah Pemuda, Tahun Baru Islam 1 Muharrom dan hari Pahlawan, Pesantren Al Qur’an Terpadu Ruhul Jadid mengajak kepada kita semua, mari kita perbaiki bangsa Ini ke arah yang lebih baik. Menjadi masyarakat yang islami dan genarasi qur’ani.Tim Redaksi

Senin, 11 November 2013

Field Trip Ke ANRI dan Ragunan

Hari Jum'at 8 November 2013, santri Pesantren Al Quran Terpadu Ruhul Jadid unit SMPIT mengadakan fieldtrip (kunjungan belajar) ke ANRI (Arsip Negara Republik Indonesia) dan Kebun Binatang Ragunan Jakarta.

Kunjungan belajar ini adalah kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan Unit SMPIT dalam rangka memberi warna kekayaan belajar bagi setiap santri Ruhul Jadid. Baik yang sifatnya belajar langsung flora dan fauna atau belajar tentang sejarah perjuangan bangsa di Kantor ANRI. Begitu tutur koordinator Fieldtrip ust. Fajri kepada tim jurnalis SMPIT Ruhul Jadid.

Lebih jauh lagi, Kepala SMPIT Ruhul Jadid, Ust. Rahmatullah mengungkapkan, "kunjungan ke ANRI telah memberikan pencerahan kepada siswa dan siswi kami,tentang sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia, di masa sebelum merdeka sampai di era reformasi, dengan mengunjungi Diorama perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Diorama ANRI sebagaimana dikatakan oleh Ibu Ika, adalah reflika yang berupa patung-patung, tulisan, foto dan gambar, serta cuplikan-cuplikan film perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Walaupun hanya replika namun menggambarkan secara nyata kejadian yang sesungguhnya dari peristiwa - peristiwa perjuangan bangsa.

Diantara replika yang di lihat oleh santri Ruhul Jadid, yaitu bagaimana asal mula nama negara Indonesia yang dahulunya bernama indishe partij, yaitu sebuah organisasi kemahasiswaan yang ada di Belanda, dimana salah satu pengurusnya adalah Bung Hatta, Wakil Presiden Indonesia Pertama.

Selain berkunjung ke ANRI, tak kalah menariknya, santri RJ juga belajar di kebun binatang Ragunan. Walaupun sebagian besar wilayah Jakarta di guyur hujan, termasuk Ragunan, tapi tidak mengurangi semangat santri-santri RJ untuk belajar di sana. Tim jurnalis RJ