Kamis, 10 Mei 2012

Artikel : Dimana Anak Kita bersekolah?

Fajri al-Bankulani*

Puncak dari aktivitas pendidikan di semua tingkat SD, SMP dan SMU akan berakhir pada April – Mei tahun ini.  Sebagai orang tua yang baik, kemungkinan sudah memilih dan memilah Sekolah tempat anaknya melanjutkan pendidikan. Ada yang sudah dapat, tapi ada juga yang belum dapat, bahkan kemungkinan besar masih ada yang bimbang. Memilih dan memilah Sekolah, haruslah dilandasi dengan pemahaman yang baik atas Sekolah tersebut. Jangan sampai terjadi penyesalan di akhir pendidikan anak, karena tidak selektifnya orang tua memilih Sekolah di awalnya.

Setiap orang tua  pasti menginginkan anaknya berhasil. Bangga apabila anak berhasil menjadi seorang Dokter, Insinyur. Apalagi jika anak kita mampu menyelesaikan studi ekonomi di Harvard University, sekolah ekonomi yang sangat terkenal itu. Inilah keinginan kita atau cita-cita. Ibarat satu bangunan piramida, maka cita-cita dan kesuksesan adalah puncaknya.

Guna mengejar cita-cita tersebut, oleh orang tua, anaknya diikutkan berbagai kegiatan di masa kecilnya. Bimbel, les bahasa Inggris, les melukis, piano, menyanyi dan lain-lain. Dengan harapan bahwa anaknya memiliki keterampilan dan menguasai pelajaran tersebut. Walaupun dengan harus membayar mahal, tidak sedikit orang tua rela menggadaikan harta, guna keberhasilan anak-anaknya di masa yang akan datang, sungguh sebuah perjuangan.

Sepintas hal ini sangat lumrah bahkan sangat wajar. Karena sebagian besar orang tua masih menganut pribahasa berakit-rakit ke hulu berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu senang kemudian. Namun, apabila dianalogikan dengan bangunan atau piramida, maka pada masa anak-anak seharusnya orang tua membuat pondasi (karakter) yang kuat, jika sewaktu-waktu terjadi badai atau gempa, maka akan kuat menahan badai yang datang, dan kuat menahan goncangan dari gempa. Dan apabila pondasinya tidak kuat, maka dapat dipastikan bahwa piramidanya akan hancur.

Membangun pondasi pada anak adalah membentuk karakter. Karakter adalah kebiasaan yang sering dilakukan. Pendidikan karakter yang saat ini sedang hangat, dilakukan oleh dua institusi, pertama Sekolah dan kedua Keluarga. Membentuk karakter adalah membentuk kebiasaan-kebiasaan baik pada anak. Artinya orang tua yang telah memiliki visi dan misi membentuk karakter pada anaknya, harus juga memperhatikan sekolah yang akan dipilihnya untuk anaknya.

Maka kita patut berbangga ketika pada akhir tahun 2000-an mulai menjamur Sekolah-Sekolah Islam Terpadu. Adanya SDIT, SMPIT atau SMUIT, saya menyakini bahwa ini adalah lembaga pendidikan yang mengupayakan anak didiknya memiliki karakter yang baik.

Menyoal tentang pendidikan karakter anak, menarik jika kita mentelaah pandangan Al-Ghazali tentang anak. Menurutnya “anak adalah amanah di tangan ibu bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat baik dan akan bahagia di dunia akhirat. Sebaliknya bila ia dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak dipedulikan seperti halnya hewan, niscaya ia akan hancur dan binasa”. (Dalam Ahmad Syarifudin : Mendidik Anak Mencintai Al qur’an)

Anak itu seperti selembar kertas putih. Apa yang pertama dituliskan, maka itulah yang akan membentuk karakter dirinya. Bila yang pertama ditanamkan adalah warna agama, kesolehan, kejujuran, dan keluhuran budi pekerti, maka sifat-sifat tersebut akan terbawa sampai ia dewasa. Akan terbentuklah antibody (zat kebal) pada anak akan pengaruh negatif, seperti benci kesombongan, rajin ibadah, tidak membangkang pada orang tua.

Namun jika pada awalnya tidak ditanamkan warga agama dan keluhuran budi pekerti, maka yang muncul adalah antibody pengaruh positif, seperti malas beribadah, malas belajar, gila pujian, angkuh dan sebagainya. Dalam syair bahasa arab dikatakan man syabba ‘ala syai in syabba ‘alaihii  (barangsiapa membiasakan sesuatu semenjak kecil maka diakan terbiasa dengannya hingga dewasa).

Realitas yang kita tonton hari ini, memberikan warna negatif. Profesi seseorang bertolak belakang dengan karakter yang harusnya ia miliki. Dokter melakukan praktek aborsi ilegal, dosen  melakukan plagiat karya ilmiah guna mendapatkan gelar doktor, guru yang mengajarkan kekerasan, polisi yang menikmati narkoba, hakim yang di sogok, pejabat korupsi, siswa SMP melakukan mesum di kelas, tawuran pelajar, sampai anggota DPR RI juga melakukan korupsi. Kondisi ini terjadi, menurut hemat penulis, karena pondasi agama yang tidak kuat ditanamkan orang tuanya ketika masih anak-anak.

Tentu kita sebagai orang tua sedih dan bahkan mungkin bisa stress mengetahui anaknya yang sudah berhasil menjadi pejabat, namun di penjara karena melakukan perbuatan asusila. Oleh karena itu sangat penting apabila kita memperhatikan pesan Ibnu Khaldun. Penulis mengutip pesan Bapak Sosiologi dunia ini sebagai landasan yang kuat untuk menanamkan pendidkan Al Qur’an sebagai-pilihan utama dalam mendidik anak.

“Setiap orang tua, harus mengupayakan mendidik anak agar mencintai Al Qur’an, menanamkan pendidikan Al Qur’an sejak dini karena pendidikan Al Qur’an adalah fondasi seluruh kurikulum pendidikan di dunia Islam, karena pendidikan (karakter) Al Qur’an merupakan syiar agama yang mampu menguatkan akidah dan mengokohkan keimanan. (Mukadimah Ibnu Khaldun : 461).

Dengan menanamkan kecintaan anak terhadap Al Qur’an, insyallah kita telah membentuk anak kita berkarakter Al Qur’an. Kondisi ini akan mengalahkan kecintaan anak-anak kita terhadap hal yang lain. Karena pada masa anak-anak inilah waktu yang paling sempurna dalam pembentukan karakter pada anak.

Melengkapi tulisan ini satu pribahasa yang kita yakin akan hikmahnya adalah belajar di waktu kecil seperti melukis di atas batu, sedangkan belajar di waktu besar seperti melukis di atas air.  “Setiap bayi dilahirkan atas fitrah (tauhid keimanan). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya memeluk Yahudi, Nasri atau Majusi (HR. Bukhari I : 240)

Maka pertanyaan terakhir yang saya ajukan adalah, mau seperti apa kita mendidik anak?
·         Penulis adalah Kepala Sekolah Pesantren Al Qur’an SMPIT Ruhul Jadid TIgaraksa Banten      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar